Pengalaman
« Megalungan » di Paris *
- Merayakan Galungan cara anak rantau -
oleh :
Nararya Narottama
Merayakan Hari Raya
Galungan di perantauan, memberikan nuansa yang sangat berbeda
dibanding biasanya. Dengan berbagai keterbatasan sarana, hanya
berbekal niat yang tulus. Seperti yang kami rasakan, para mahasiswa
Hindu yang saat ini sedang menuntut ilmu di kota Paris, Prancis.
Di musim dingin ini,
masih pagi dan matahari belum bersinar, beberapa rekan mahasiswa
sudah mempersiapkan diri untuk merayakan Hari Raya Galungan. Walaupun
tidak seperti biasanya, tidak terlihat ada penjor dan banten,
jauh dari keluarga, maupun tanpa kemeriahan lain seperti pada umumnya
di Bali. Namun kebahagian tetap hadir dalam raut wajah rekan-rekan
kami, yang dengan antusias mempersiapkan segala hal yang diperlukan.
Sebuah ruang tamu kami
sulap menjadi tempat sembahyang, lengkap dengan altar untuk banten
persembahan. Musik tabuh lelambatan
Dewa Yadnya, dilantunkan melalui speaker laptop, selanjutnya kami
duduk bersila beralaskan karpet, sungguh sederhana. Acara sembahyang
diawali dengan Puja Tri Sandhya, kemudian dilanjutkan dengan
Panca Sembah. Untuk banten, kami menggunakan beberapa
jenis buah-buahan dan kue, serta rangkaian bunga yang ditata indah,
dengan wangi dupa yang memberikan aroma surgawi. Walaupun sederhana,
kami merasakan kebahagiaan dan kedamaian di hati.
Untuk persembahyangan
selanjutnya, kami menuju ke Kuil Ganesha Paris. Kuil ini bernama
« Sri Manicka Vinayakar Alayam », berdiri sejak tanggal 4
Februari 1985, ini merupakan kuil Hindu pertama di Prancis. Kuil ini
beralamat di 17 rue Pajol 75018 Paris. Untuk mencapai tempat ini
cukup mudah, dapat melalui stasiun metro La Chapelle atau Marx
Dormoy, atau dapat juga menggunakan RER di stasiun Gare Du
Nord-Magenta dan menggunakan bis nomer 65, 48, 60 dan 350. Metro dan
RER merupakan kereta listrik bawah tanah, dan juga sarana
transportasi utama masyarakat Paris.
Suasana di dalam Kuil
Ganesha, Paris (www.templeganesh.fr)
Dilihat dari luar, kuil
ini tidak terlalu mencolok, hanya ditandai dengan sebuah spanduk
bertuliskan « Le Temple de Ganesh » atau Kuil Ganesha.
Kuil ini terbuka untuk umum. Sebelum masuk, kita harus membuka alas
kaki, kemudian disambut oleh petugas yang menanyakan maksud
kedatangan kita. Bagi kami, ini merupakan pengalaman pertama memasuki
sebuah kuil Hindu di Eropa. Persembahnyangan dapat dilakukan dengan
mempergunakan sarana persembahan (banten) yang terdiri dari sebutir
kelapa, daun sirih, dupa, buah-buahan dan bunga.
Seorang pandit
(pendeta atau pemangku-Bali) datang menghampiri kami, kemudian
beliau memandu kami dalam bersembahyang. Sebagaimana halnya di Bali,
para pandit tersebut memiliki kewajiban untuk memandu upacara
serta memanjatkan doa-doa. Mereka sebagian besar berasal dari India
Selatan, dan belajar di sekolah khusus untuk menjadi brahmana. Para
pandit tersebut menguasai pengetahuan dan tata upacara Veda. Di akhir
upacara, kami dipersilahkan menikmati prasadham yang
sebelumnya telah kami persembahkan.
Di dalam kuil, tampak
berbagai altar yang dihias dengan ornamen khas India. Di dalam
altar-altar tersebut, terdapat arca dewa dan dewi Hindu. Antara lain
arca Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dewa Brahma, Dewi Durga, Dewi Laksmi,
Dewi Saraswati, Hanuman dan lain-lain. Seluruhnya dihiasi dengan
bunga dan berbagai persembahan. Di tengah ruangan, ada sebuah altar,
didalamnya terdapat sebuah arca Ganesha yang indah, Panchamuka
atau Dewa Ganesha dengan Lima Kepala. Di depan altar tersebut,
terdapat Kodemaram, sebuah pilar tinggi berukir dan berlapis
kuningan. Ada pula sembilan arca yang mewakili sembilan planet dan
sistem tata surya. Di kuil ini, setiap harinya, diadakan tiga kali
upacara, yakni di pagi, siang dan sore hari.
Festival Dewa Ganesha
(www.templeganesh.fr)
Kuil Ganesha sering kali
mengadakan festival, pada bulan Agustus 2011 diadakan Ganesha
Chathurti, untuk merayakan kelahiran dari Dewa Ganesha. Dan pada
September 2011 yang lalu, dirayakan Festival Dewa Ganesha. Festival
ini dihadiri umat Hindu dari berbagai penjuru Eropa, yang didominasi
oleh komunitas keturunan India. Seperti dimuat dalam harian Le Parisien (27/08/2011), diperkirakan lebih dari 20 ribu umat
menghadiri upacara ini. Dalam festival tersebut, diarak kereta dengan
arca Ganesha yang besar, diiringi puja, musik dan tari-tarian.
Prasadham berupa makanan dibagikan kepada masyarakat.
Sepanjang jalan, tampak kemeriahan dan kebahagian dari para bhakta
yang hadir.
Seperti yang dimuat
dalam situs resminya, www.templeganesh.fr, sebuah keajaiban pernah
terjadi di kuil ini, pada tanggal 23 September 1995, umat Hindu dari
berbagai penjuru datang untuk menyaksikan peristiwa yang luar biasa,
yakni peristiwa dimana arca Ganesha meminum susu yang dipersembahkan.
Keajaiban serupa juga terjadi di berbagai kuil seperti di New York,
Los Angeles, New Delhi, Sri Lanka, London dan Kanada. Fenomena
tersebut terjadi dalam waktu yang bersamaan. Fenomena ini mungkin
sulit dipercaya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Tuhan sedang
menunjukkan kebesaranNya.
Selain agenda reguler,
beberapa agenda penting lainnya akan dilaksanakan, seperti perayaan
Hari Siwaratri yang jatuh pada tanggal 20 Februari 2012 dan Festival
Dewa Ganesha (Ganesha Chaturthi) pada bulan September nanti.
Para mahasiswa Hindu di
Paris (foto : koleksi penulis)
Di negara Prancis,
populasi pemeluk agama Hindu, sekitar 0,1% dari populasi nasional. Di
kota Paris, terdapat beberapa komunitas Hindu, sebagian besar
didominasi oleh keturunan India. Mereka biasanya tinggal bersama
dalam area tertentu di Paris. Sebagian besar hidup dari hasil
berwiraswasta, baik dengan membuka toko maupun restoran. Sementara,
komunitas masyarakat Bali di Paris masih sedikit, dan rata-rata
menikah dengan orang Prancis. Mereka tersebar di berbagai penjuru
kota. Beberapa kali dalam setahun, komunitas ini mengadakan
pertunjukan seni budaya Bali, sebagai wadah silaturahmi dan sarana
untuk menyama braya.
Paris, 10 Februari 2012
Nararya Narottama
*Seperti dimuat di Majalah Hindu Raditya, Edisi 176, Maret 2012
Megalungan itu tradisi dari mana ya ka?
ReplyDelete