Tuesday, April 3, 2012

Pengalaman « Megalungan » di Paris

Pengalaman « Megalungan » di Paris *
- Merayakan Galungan cara anak rantau -
oleh : Nararya Narottama

Merayakan Hari Raya Galungan di perantauan, memberikan nuansa yang sangat berbeda dibanding biasanya. Dengan berbagai keterbatasan sarana, hanya berbekal niat yang tulus. Seperti yang kami rasakan, para mahasiswa Hindu yang saat ini sedang menuntut ilmu di kota Paris, Prancis.
Di musim dingin ini, masih pagi dan matahari belum bersinar, beberapa rekan mahasiswa sudah mempersiapkan diri untuk merayakan Hari Raya Galungan. Walaupun tidak seperti biasanya, tidak terlihat ada penjor dan banten, jauh dari keluarga, maupun tanpa kemeriahan lain seperti pada umumnya di Bali. Namun kebahagian tetap hadir dalam raut wajah rekan-rekan kami, yang dengan antusias mempersiapkan segala hal yang diperlukan.

Sebuah ruang tamu kami sulap menjadi tempat sembahyang, lengkap dengan altar untuk banten persembahan. Musik tabuh lelambatan Dewa Yadnya, dilantunkan melalui speaker laptop, selanjutnya kami duduk bersila beralaskan karpet, sungguh sederhana. Acara sembahyang diawali dengan Puja Tri Sandhya, kemudian dilanjutkan dengan Panca Sembah. Untuk banten, kami menggunakan beberapa jenis buah-buahan dan kue, serta rangkaian bunga yang ditata indah, dengan wangi dupa yang memberikan aroma surgawi. Walaupun sederhana, kami merasakan kebahagiaan dan kedamaian di hati.

Untuk persembahyangan selanjutnya, kami menuju ke Kuil Ganesha Paris. Kuil ini bernama « Sri Manicka Vinayakar Alayam », berdiri sejak tanggal 4 Februari 1985, ini merupakan kuil Hindu pertama di Prancis. Kuil ini beralamat di 17 rue Pajol 75018 Paris. Untuk mencapai tempat ini cukup mudah, dapat melalui stasiun metro La Chapelle atau Marx Dormoy, atau dapat juga menggunakan RER di stasiun Gare Du Nord-Magenta dan menggunakan bis nomer 65, 48, 60 dan 350. Metro dan RER merupakan kereta listrik bawah tanah, dan juga sarana transportasi utama masyarakat Paris.


Suasana di dalam Kuil Ganesha, Paris (www.templeganesh.fr)

Dilihat dari luar, kuil ini tidak terlalu mencolok, hanya ditandai dengan sebuah spanduk bertuliskan «  Le Temple de Ganesh » atau Kuil Ganesha. Kuil ini terbuka untuk umum. Sebelum masuk, kita harus membuka alas kaki, kemudian disambut oleh petugas yang menanyakan maksud kedatangan kita. Bagi kami, ini merupakan pengalaman pertama memasuki sebuah kuil Hindu di Eropa. Persembahnyangan dapat dilakukan dengan mempergunakan sarana persembahan (banten) yang terdiri dari sebutir kelapa, daun sirih, dupa, buah-buahan dan bunga.

Seorang pandit (pendeta atau pemangku-Bali) datang menghampiri kami, kemudian beliau memandu kami dalam bersembahyang. Sebagaimana halnya di Bali, para pandit tersebut memiliki kewajiban untuk memandu upacara serta memanjatkan doa-doa. Mereka sebagian besar berasal dari India Selatan, dan belajar di sekolah khusus untuk menjadi brahmana. Para pandit tersebut menguasai pengetahuan dan tata upacara Veda. Di akhir upacara, kami dipersilahkan menikmati prasadham yang sebelumnya telah kami persembahkan.

Di dalam kuil, tampak berbagai altar yang dihias dengan ornamen khas India. Di dalam altar-altar tersebut, terdapat arca dewa dan dewi Hindu. Antara lain arca Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dewa Brahma, Dewi Durga, Dewi Laksmi, Dewi Saraswati, Hanuman dan lain-lain. Seluruhnya dihiasi dengan bunga dan berbagai persembahan. Di tengah ruangan, ada sebuah altar, didalamnya terdapat sebuah arca Ganesha yang indah, Panchamuka atau Dewa Ganesha dengan Lima Kepala. Di depan altar tersebut, terdapat Kodemaram, sebuah pilar tinggi berukir dan berlapis kuningan. Ada pula sembilan arca yang mewakili sembilan planet dan sistem tata surya. Di kuil ini, setiap harinya, diadakan tiga kali upacara, yakni di pagi, siang dan sore hari.


Festival Dewa Ganesha (www.templeganesh.fr)

Kuil Ganesha sering kali mengadakan festival, pada bulan Agustus 2011 diadakan Ganesha Chathurti, untuk merayakan kelahiran dari Dewa Ganesha. Dan pada September 2011 yang lalu, dirayakan Festival Dewa Ganesha. Festival ini dihadiri umat Hindu dari berbagai penjuru Eropa, yang didominasi oleh komunitas keturunan India. Seperti dimuat dalam harian Le Parisien (27/08/2011), diperkirakan lebih dari 20 ribu umat menghadiri upacara ini. Dalam festival tersebut, diarak kereta dengan arca Ganesha yang besar, diiringi puja, musik dan tari-tarian. Prasadham berupa makanan dibagikan kepada masyarakat. Sepanjang jalan, tampak kemeriahan dan kebahagian dari para bhakta yang hadir.

Seperti yang dimuat dalam situs resminya, www.templeganesh.fr, sebuah keajaiban pernah terjadi di kuil ini, pada tanggal 23 September 1995, umat Hindu dari berbagai penjuru datang untuk menyaksikan peristiwa yang luar biasa, yakni peristiwa dimana arca Ganesha meminum susu yang dipersembahkan. Keajaiban serupa juga terjadi di berbagai kuil seperti di New York, Los Angeles, New Delhi, Sri Lanka, London dan Kanada. Fenomena tersebut terjadi dalam waktu yang bersamaan. Fenomena ini mungkin sulit dipercaya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Tuhan sedang menunjukkan kebesaranNya.

Selain agenda reguler, beberapa agenda penting lainnya akan dilaksanakan, seperti perayaan Hari Siwaratri yang jatuh pada tanggal 20 Februari 2012 dan Festival Dewa Ganesha (Ganesha Chaturthi) pada bulan September nanti.


Para mahasiswa Hindu di Paris (foto : koleksi penulis)

Di negara Prancis, populasi pemeluk agama Hindu, sekitar 0,1% dari populasi nasional. Di kota Paris, terdapat beberapa komunitas Hindu, sebagian besar didominasi oleh keturunan India. Mereka biasanya tinggal bersama dalam area tertentu di Paris. Sebagian besar hidup dari hasil berwiraswasta, baik dengan membuka toko maupun restoran. Sementara, komunitas masyarakat Bali di Paris masih sedikit, dan rata-rata menikah dengan orang Prancis. Mereka tersebar di berbagai penjuru kota. Beberapa kali dalam setahun, komunitas ini mengadakan pertunjukan seni budaya Bali, sebagai wadah silaturahmi dan sarana untuk menyama braya.

Paris, 10 Februari 2012

Nararya Narottama

*Seperti dimuat di Majalah Hindu Raditya, Edisi 176, Maret 2012






1 comment: