Wednesday, December 7, 2011

PENGEMBANGAN WISATA ALTERNATIF YANG BERBASIS MASYARAKAT DAN EKOLOGI DI DESA PEKRAMAN MUNCAN, KARANGASEM

PENGEMBANGAN WISATA ALTERNATIF YANG BERBASIS MASYARAKAT DAN EKOLOGI DI DESA PEKRAMAN MUNCAN, KARANGASEM
Oleh: Nararya Narottama
Latar Belakang:
            Pada awal berkembangnya pariwisata Bali, masih berorientasi pada “Mass Tourism” atau pariwisata massal. Konsep ini lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas wisatawan. Dalam jangka pendek, konsep ini memang membawa manfaat secara ekonomi, namun dalam jangka panjang, konsep ini juga memberikan dampak negatif.
Dempak negatif antara lain kerusakan lingkungan, persaingan usaha yang tidak sehat, serta kurangnya peran serta masyarakat secara langsung. Dalam hal ini, penerimaan masyarakat dari sektor pariwisata tidak merata. Ketika bom mangguncang Bali beberapa tahun yang lalu, dunia pariwisata goyah. Belum lagi isu flu burung, terorisme, rabies serta krisis moneter dunia.
            Saat ini, muncul kecendrungan pariwisata beralih menuju “Quality Tourism”, yang lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas wisatawan. Kembali ke alam menjadi trend kegiatan pariwisata di Bali. Pulau surga ini menawarkan banyak kemungkinan untuk jenis kegiatan ini. Bali diberkati dengan alam yang indah. Bali memiliki ekosistem alami yang terawat, seperti pantai, pegunungan, danau, air terjun, bukit, air panas alam, hutan, dan lainnya. Wisata alam di Bali sangat menarik untuk dieksplorasi.


Interested Parties
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengembangan wisata alam di Desa Muncan adalah:
1. Masyarakat, khususnya yang bermukim disekitar Desa Muncan yang akan dijadikan daerah tujuan ekowisata. Khususnya mengenai dampak dan manfaat apa yang bisa mereka peroleh.Bisakah mereka menerima kegiatan ekowisata dan maukah mereka berpartisipasi? Masyarakat memiliki hak untuk menerima atau menolak pengembangan ekowisata. Masyarakat juga harus memiliki kendali terhadap pengembangaan ekowisata. Oleh karena itu mereka harus menjadi tokoh sentral dalam tim pengembangan ekowisata.
 2. Pemerintah Daerah (Pemkab Karangasem) yang bertanggung jawab terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan serta kesejahteraan masyarakat Desa Muncan. Oleh karena itu PEMDA, dari mulai Bupati dan dinas-dinas yang terkait harus menjadi anggota tim pengembang ekowisata. Harus ada sinergi antara kegiatan pengembangan ekowisata dengan program kerja dari dinas-dinas terkait yang terdiri dari:
a. Dinas Pariwisata sebagai dinas yang paling bertanggung jawab terhadap kegiatan pariwisata di Desa Muncan, tentu saja termasuk kegiatan ekowisata.
b. Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan lingkungan. Tiap kawasan yang akan dijadikan daerah wisata harus steril dari berbagai penyakit, karena kesehatan merupakan isu sensitif dalam bisnis pariwisata.
c. Dinas Pekerjaan Umum yang bertanggung jawab untuk memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur (khususnya jalan dan jembatan) di desa yang dijadikan daerah tujuan ekowisata.
d. Dinas Koperasi dan UKM bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan kewiraswastaan dan manajemen usaha kecil serta bantuan modal kepada masyarakat yang akan berusaha dalam bidang pariwisata (ekowisata).
e. Dinas Kehutanan sebagai penguasa kawasan hutan (hutan lindung) yang bertugas mengawasi kegiatan pengawasan ekowisata di hutan lindung, membuat peraturan dan tata tertib kawasan hutan lindung serta memberi penyuluhan kepada masyarakat dan wisatawan untuk menjaga kelestarian alam.
f. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, memberikan pelatihan-pelatihan yang relevan kepada anggota masyarakat yang terlibat dengan kegiatan ekowisata. Misalnya memberikan pelatihan keterampilan membuat kerajinan, dsb.
g. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, memiliki peran untuk membantu masyarakat desa untuk mengembangkan pertanian organik. Daerah pertanian merupakan salah satu objek yang akan dikunjungi dalam kegiatan ekowisata.
f. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan berperan untuk memastikan bahwa kegiatan ekowisata tidak akan merusak lingkungan disamping itu membantu menyehatkan lingkungan yang akan dikembangkan ekowisata misalnya dnegan menanam kembali pohon-pohon, menebar bibit ikan di sungai (fish restoking) dan memberi penyuluhan mengenai kelestarian lingkungan.
g. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, berperan untuk ikut memberdayakan masyarakat yang terlibat dengan kegiatan ekowisata.
d. BAPPEDA berperan untuk mengatur atau mengkoordinir budget dari masing-masing dinas yang akan digunakan untuk kegiatan pengembangan ekowisata (menentukan skala prioritas)
3. Pelaku Wisata Swasta, dalam hal ini para operator wisata termasuk pengelola homestay yang ada di Desa Muncan. Mereka harus dilibatkan sebagai anggota tim pengembangan ekowisata karena pada dasarnya merekalah yang memilki pasar wisata disamping itu mereka juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan kegiatan 'community development' untuk masyarakat yang bermukim disekitar kawasan wisata.
4. LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dalam hal ini LSM memiliki peranan sebagai penghubung antara pemerintah dan masyarakat setempat, tanpa memiliki orientasi profit ekonomis.

Changing Community Value
            Pariwisata alternatif muncul sebagai jawaban atas berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh pariwisata konvensional. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dan memiliki peranan penting, namun masih dalam batas-batas norma dan perilaku. Dalam pariwisata Alternatif, harus mencakup poin-poin seperti berikut: menuju kerjasama dan pendekatan berbasis masyarakat, memelihara tatanan sosial, menganalisa konflik dan kontradiksi alam Efesieni lebih besar terhadap system pariwisata yang ada karena itu keuntungannya meningkat, berbuat lebih banyak dengan sistem yang lebih pantas, harmoni, integrasi dan perpaduan dari kelompok-kelompok sosial, solidaritas dan emansipasi, menemukan, memanfaatkan dan memahami pariwisata

Policies and Programs
            Sejumlah butir penting yang mencerminkan prinsip pariwisata berkelanjutan muncul pada beberapa produk hukum antara lain UU No. 9/1990 tentang Kepariwisataan dan GBHN 1999. Walaupun paradigma pembangunan berkelanjutan belum menjadi wacana publik, nilai-nilainya dalam UU No. 9/1990 sudah ditemukan di beberapa pasal secara parsial. Sebut saja, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal, berbasis budaya dan integrasi sosial, bottom-up dan ekoturisme.
            UU No. 9/1990 tentang Kepariwisataan di samping menyiratkan penyelenggaraan pariwisata yang memperhatikan kelestarian, keseimbangan, keterpaduan ekologi dan keberlanjutan, juga telah menempatkan masyarakat untuk berperan serta dalam penyelenggaraan dan pengambilan keputusan. GBHN 1999 tampak makin memberi arah keberlanjutan yang jelas dalam pariwisata, seperti menempatkan pariwisata berpijak pada kebudayaan tradisional, sebagai wahana persahabatan antarbangsa, serta juga mendorong ekonomi kerakyatan. Selain itu, didukung oleh:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya hidup dan ekosistemnya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang dari Pariwisata.


ELEMENTS:
·      Skala Kecil, dalam hal ini lingkup perencanaan wisata hanya mencakup suatu wilayah khusus, dengan masyarakat yang tinggal didalamnya
·      Low Impact, perencanaan pariwisata ini memiliki dampak lingkungan yang sangat rendah dan seminimal mungkin, serta untuk menjaga seluruh ekosistem di dalamnya
·      Partisipasi dan Kepemilikan Lokal, Diharapkan dalam perencanaan ini, seluruh elemen masyarakat dapat ikut berpartisipasi. Serta memiliki rasa untuk bekerja sama antar individu
·      Keragaman hayati, Melestarikan ragam biologis dan budaya daerah, Dengan adanya perencanaan pariwisata alternatif ini, diharapkan dampak negatif seperti musnahnya keanekaragaman hayati dapat dihindari
·      Desa Kala Patra, membangun fasilitas menurut tempat, masyarakat dan waktu yang tepat
·      Performa, Membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa di mata wisatawan
·      Pendidikan, Memberikan suatu manfaat yang mendidik bagi masyarakat, agar pariwisata ini berkelanjutan bagi mereka.

IMPACTS :
Dampak Lingkungan
            Pertama, adalah lingkungan fisik (physical environment), yaitu segala sesuatu di sekitar manusia yang berbentuk benda mati seperti rumah, kendaraan, gunung, udara, air dan lain-lain. Diharapkan dampak yang ditimbulkan minimal.
            Kedua, lingkungan biologis (biological environment), yaitu segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang berupa organisme hidup selain dari manusianya itu sendiri, seperti binatang-binatang dari yang besar samai yang paling kecil dan tumbuh-tumbuhan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Diharapkan semua keaneka ragaman hayati yang berada di dalamnya tidak terganggu dan sama seperti aslinya
            Ketiga, adalah lingkungan sosial (social environment), yaitu manusia-manusia lain yang ada di sekitarnya, seperti tetangga-tetangga, teman-teman, bahkan orang lain yang belum dikenalnya. Diharapkan dengan adanya pariwisata ini, hubungan antar individu dapat dipererat.
Dampak Ekonomi
            Tentunya inilah dampak yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Yaitu perbaikan ekonomi dan taraf hidup. Diharapkan dengan perencanaan pariwisata alternatif dan berbasis masyarakat, dapat memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat, Dengan demikian akan tercipta multiplier effect, baik terhadap pemerintah, masyarakat dan wisatawan
Dampak Sosial Budaya
            Dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang timbul akibat suatu kegiatan pembangunan maupun penerapan suatu kebijaksanaan dan program (Hadi, 2005). Terdapat dua macam dampak sosial. Pertama yang disebut sebagai dampak standard yakni dampak yang relatif mudah diperkirakan dengan mendasarkan informasi dan aktifitas proyek mulai dari pra konstruksi, konstruksi maupun operasi. Dampak ini mudah diukur dan dikuantitatifkan.
            Yang kedua adalah apa yang disebut dengan "percerved impact" atau dampak persepsi atau oleh ahli studi dampak sosial menyebut sebagai "special impact". Dampak ini terjadi karena sikap dan persepsi masyarakat terhadap proyek yang berhubungan dengan resiko yang mungkin ditimbulkan oleh proyek. Dampak ini sukar diukur dan sifatnya kualitatif. Timbulnya dampak yang demikian karena dua hal. Pertama karena karakteristik dari proyek dan yang kedua adalah karakteristik masyarakat.
            Pengaruh ini bisa positif, bisa pula negatif. Hal ini hanya dapat diuji dari nilai, norma, aspirasi dan kebiasaan dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan ini menurut Armour dalam Hadi (2005) meliputi aspek- aspek:
1. Cara hidup (way of life) termasuk di dalamnya bagaimana manusia dan masyarakat itu hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan yang lain. Cara hidup ini disebut sebagai "day to day activities''.
2. Budaya termasuk di dalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan. Contohnya, dengan adanya suatu aktivitas proyek atau industri, irama kerja penduduk menjadi lebih "grid" dan kompleks, sehingga tidak lagi memiliki kesempatan untuk turut dalam kegiatan-kegiatan kampung seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
3. Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai "public facilities'' oleh masyarakat yang bersangkutan. Seringkali kehadiran proyek yang menimbulkan dampak perpindahan penduduk menimbulkan renggangnya kohesi sosial.
            Dampak sosial dapat merupakan aklbat tidak langsung baik dari lingkungan alam seperti kontaminasi air tanah dan polusl udara, serta dari slsl ekonomls seperti kenaikan harga tanah dan bangunan dan kenalkan pajak. Dapat juga sebagai aklbat langsung dari aktivitas konstruksi dan operasi dari proyek seperti bau, debu, kebisingan serta menurunnya pendapatan, kehllangan keterikatan dengan teman dan tetangga. Dampak yang demikian dapat berlangsung dalam  jangka pendek maupun jangka panjang.

OBJECTIVES:
Ecological Sustainability dan Integrated Planning
  • Perencanaan Strategis pada tingkat regional dan local, melakukan kerjasama antara berbagai pihak. Yaitu masyarakat, instansi dan swasta
  • Mengembangkan etika industri pariwisata yang berkeadilan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan Pancasila serta berbasiskan masyarakat
  • Mengadakan program-program yang terintegrasi untuk meminimalisir dampak negatif pariwisata
  • Menguji mekanisme regulasi dan penerapannya terhadap industri pariwisata
  • Meningkatkan pendidikan dan informasi masyarakat terhadap dampak lingkungan yang berhubungan dengan aktifitas pariwisata
  • Mengembangkan upaya-upaya penelitian atas dampak pariwisata terhadap ekonomi dan lingkungan
Natural Resources Management
  • Di dalam UU No.4 th.1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian pembangunan berwawasan lingkungan dijelaskan sebagai upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.
  • Komitmen untuk melaksanakan kegiatan industri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien
  • Usaha wisata menerapkan pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke media lingkungan berdasarkan empat prinsip, yaitu: pengurangan dari sumber (reduce), sistem daur ulang (recycle), pengambilan (recovery) dan pemanfaatan kembali (reuse) secara berkelanjutan menuju pariwisata bersih.
  • Memberikan prioritas terhadap pengelolaan lingkungan hidup dalam semua kegiatan operasi pariwisata, guna mendukung prinsip-prinsip pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Infrastructures
  • Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem koordinasi yang mendukung pariwisata sepenuhnya
  • Penyediaan jaringan komunikasi yang memadai.
  • Pengadaan fasilitas kesehatan, terutama penanganan kecelakaan.
  • Pengadaan terminal pengangkutan.
  • Penyedian sumber listrik dan energi yang ramah lingkungan.
  • Sistem pembuangan kotoran/pembungan air atau pengolahan limbah berwawasan lingkungan.
  • Perbaikan jalan raya sebagai akses utama.
  • Peningkatan sistem keamanan masyarakat.

Standard of Industry
  • Melibatkan perjalanan wisata ke tujuan alam
  • Meminimalkan dampak negatif dari pariwisata
  • Membangun kesadaran lingkungan pada masyarakat dan wisatawan
  • Menyediakan manfaat langsung ekonomi yang dipergunakan untuk konservasi
  • Menyediakan manfaat ekonomi dan pemberdayaan bagi masyarakat setempat
  • Menghormati budaya lokal
  • Mendukung hak asasi manusia dan gerakan demokrasi berasaskan keadilan dan Pancasila

Marketing
  • Pendekatan pemasaran ekowisata lebih ditujukan dalam konsep pemasaran social dan pemasaran bertanggung jawab.
  • Pemasaran sosial tidak hanya berupaya memenuhi kepuasan wisatawan dan tercapainya tujuan perusahaan (laba), tetapi juga dapat memberikan jaminan sosial sumber daya dan pelestarian lingkungan dan tata cara penanggulangan serta perencanaan lingkungan.
  • Teknik-teknik promosi harus mengarahkan kepada ajakan kepada wisatawan untuk berlibur dan beramal dalam pelestarian lingkungan
  • Mendidik wisatawan dan masyarakat berkiprah dalam kesadaran bahwa apa yang mereka saksikan dan alami, akan musnah dan hancur bilamana tidak dipelihara dan dilestarikan sejak awal pemanfaatan
  • Mempromosikan perbaikan atas kerusakan lingkungan.

Ecotourism Education
  • Ekowisata memberikan sarana untuk meningkatkan kesadaran orang akan pentingnya pelestarian dan pengetahuan lingkungan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
  • Ekowisata harus menjamin agar wisatawan dapat menyumbang dana bagi pemeliharaan, keanekaragaman hayati yang terdapat di daerah yang dilindungi sebagai salah satu proses pendidikan memelihara lingkungan.
  • Pendekatan pendidikan ekowisata harus bermula dari dasar, dan dimulai sejak anak-anak berada di tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar dan berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi, oleh karena itu dibutuhkan semacam modul praktik yang dapat diberikan pengajarannya oleh setiap Pembina baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan khusus.

Keterlibatan Masyarakat (Involvement of Indigenious)
  • Menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal
  • Mengajak masyarakat berperan aktif, karena semua ini dilakukan demi mereka
  • Mendorong masyarakat untuk mempromosikan pariwisata, namun dengan meminimalkan dampak terhadap budaya, gaya hidup dan miologi terhadap wisatawan
  • Menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat mengenai pariwisata
  • Melakukan konsultasi dengan masyarakat lokal selama tahap perencanaan dan pengembangan
  • Masyarakat dididik untuk mengembangkan dan mengelola secara arif dan berlandaskan asas keadilan serta pemerataan
  • Memandirikan masyarakat

Viability
  • Mengurangi biaya implementasi praktek ekologi berkelanjutan melalui investigasi lebih mendalam terhadap aplikasi praktis dari teknologi baru ecotourism
  • Membuka diri terhadap informasi serta metode baru pelaksanan ekowisata
  • Mengumpulkan dan menyebarkan informasi-informasi praktis mengenai biaya efektif, dengan meminimalkan dampak negatif.
  • Mendorong pendekatan kooperatif dan mengedepankan musyawarah dalam memecahkan masalah.
  • Mengembangkan program pelatihan keterampilan bisnis yang terjangkau  bagi operator pariwisata.

Equity Considerations
  • Mengusulkan beberapa tanah publik dan swasta dapat dimanfaatkan, utamanya yang non produktif.
  • Ekuitas pertimbangan yang terkait dengan distribusi biaya dan manfaat, yang terkait dengan penggunaan berbagai sumber daya publik dan keseimbangan biaya dan manfaat.
  • Memasukkan ekuitas pertimbangan dalam proses pengambilan keputusann termasuk wakil masyarakat dan industri termasuk dalam keputusan manajemen.
  • Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan keadilan masyarakat yang dapat digunakan untuk mengelola akses ke area alam dan jasa-jasa yang terkait

Manfaat Perencanaan Ekowisata
a. Bagi Pemerintah Kabupaten Karangasem.
            Memberikan kajian  prakiraan dampak, terhadap lingkungan sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan pengembangan, sehingga dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu guna memaksimalkan manfaat dan mengeliminasi dampak negatif yang mungkin terjadi. Dalam perencanaannya dapat dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan, serta memberikan usulan pengelolaan yang relevan dengan kondisi Desa Muncan.
b. Bagi Masyarakat
            Memberikan informasi tentang dampak pengembangan wisata alam guna mendorong masyarakat untuk berperan aktif di dalam perencanaan dan pembangunan, baik dalam proses perencanaan, pengambilan keputusan, pengelolaan, dan pengendalian pembangunan.
c. Bagi Dunia Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam penelitian-penelitian mengenai perencanaan sejenis di masa yang akan datang.

IMPLEMENTATION:
Governement Programs
            Pemerintah Daerah (Pemkab Karangasem) yang bertanggung jawab terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan serta kesejahtraan masyarakat Desa Muncan. Oleh karena itu PEMDA, dari mulai Bupati dan dinas-dinas yang terkait harus menjadi anggota tim pengembang ekowisata. Harus ada sinergi antara kegiatan pengembangan ekowisata dengan program kerja dari dinas-dinas terkait. Termasuk mengenai penyediaan fasilitas, promosi, kebijakan, hingga bantuan pendanaan

Baseline Studies, Analisis Potensi Dan Hambatan
S.W.O.T Analisis
            Kondisi lingkungan di Desa Muncan dalam perspektif pengembangan wisata alam dilihat dalam analisis SWOT sederhana di bawah ini:

1. Strength (Kekuatan)
a. Potensi sumber daya alam Desa Muncan yang masih asli, indah dan sangat menawan hati
b. Potensi budaya lokal masyarakat Desa Muncan yang religius dan ramah
c. Lokasi Desa Muncan yang berada di bawah kaki Gunung Agung, dekat dengan Pura Agung Besakih yang termashyur
d. Masyarakat yang melek teknologi dan informasi
e. Akses jalan yang mudah dan cepat

2. Weakness (Kelemahan)
a. Kurangnya pemahaman masyarakat, pelaku wisata dan pemerintah terhadap ekowisata
b. Lemahnya kemampuan SDM masyarakat Desa Muncan, utamanya dalam penguasaan Bahasa Inggris dan pengetahuan pariwisata
c. Belum terkoordinasinya kegiatan instansi pemerintahan dan swasta dalam pemberdayaan masyarakat lokal
d. Belum adanya kerangka acuan pengembangan dan pedoman pelaksana pembangunan kawasan pariwisata yang ramah lingkungan.
e. Kurangnya sarana prasarana
d. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
e. Adanya proyek galian C, sehingga banyak truk lalu lalang

3. Opportunities (Peluang)
a. Pengembangan wisata alam Desa Muncan yang masih terbuka lebar
b. Kesadaran wisatawan terhadap pelestarian lingkungan
c. Masyarakat yang aktif dan parsitipatif
d. Arah pengembangan wisata dunia yang berorientasi pada pelestarian lingkungan
e. Dukungan seluruh pelaku wisata

4. Threats (Ancaman)
a. Pembangunan pemukiman yang tak terkontrol sehingga merusak lingkungan
b. Kerentanan masyarakat terhadap pengaruh pengelolaan sumber daya alam yang menjanjikan nilai ekonomi
c. Sulitnya pemasaran produk pariwisata
d. Konflik adat yang bisa muncul tiba-tiba
e. Kerusakan jalan akibat proyek Galian C

Market Profiles
            Menurut Deparpostel (1997), wisatawan pada umumnya terbagi atas dua macam yaitu wisatawan manca negara dan wisatawan nusantara. Ditinjau dari umur maka ada wisatawan yang remaja dan orang tua. Untuk wisatawan yang tua umumnya ingin paket yang santai, tidak berat menarik dan fasilitas sesuai kemampuannya dapat tersedia. Para wisatawan yang muda disamping panorama yang indah dan menarik mereka ingin juga mendapat pengalaman-pengalaman yang bersifat khas seperti mendaki gunung (hiking), rafting dan lain-lain.
  • Tingkat Bawah – pelajar dan mahasiswa – pegawai rendahan – masyarakat rendah – back packers mancanegara
  • Tingkat Menengah – para manager dan staf menengah – pelajar internasional school –pegawai tingkat menengah dan keluarganya – eksekutif muda – wisman inbound
  • Tingkat Atas – masyarakat – eksekutif perusahaan – expatriates – wisman inbound
Menurut Swarbrooke (1995) dalam Diniyati (2000), untuk melihat segmentas pasar wisata dapat dikelompokkan pada empat metode yaitu :
a. Geographical : pengunjung dikelompokkan berdasarkan karakteristik geografi, seperti tempat tinggal pengunjung.
b. Demographics : pengunjung dikelompokkan berdasarkan karakteristik demografi, seperi umur, jenis kelamin.
c. Psychographic : pengunjung dikelompokkan berdasarkan sikap dan pendapat, seperti gaya hidup, kepribadian dan kelas sosial.
d. Behaviouristic : pengunjung dikelompokkan berdasarkan hubungan dengan produk wisata yang ditawarkan, seperti pertama kali mendaki gunung.

Infrastructures, Komponen Pariwisata di Desa Muncan (4A)
Attraction:
  • Alam yang masih hijau, asli dan menawan
  • Bentangan sawah yang bertingkat dan memiliki kontur yang memikat
  • Sungai yang bersih dan jernih, dengan arus keras maupun arus tenang
  • Suhu udara yang sejuk, bahkan di siang hari
  • Kegiatan upacara sering dilakukan, sangat unik dan menarik
  • Wisata spiritual dapat diakomodasi dengan adanya Ashram
  • Keindahan Gunung Agung sebagai latar belakang desa
  • Masyarakat yang ramah
Amenities:
  • 1 Ashram dengan kapasitas puluhan kamar, dilengkapi dengan kolam renang
  • Beberapa buah penginapan dan homestay
  • Beberapa toko penyedia kebutuhan sehari-hari
  • Beberapa buah rumah makan sederhana
  • 1 pasar desa
  • 1 wantilan serba guna
  • 1 buah salon kecantikan
  • Beberapa buah villa
  • Guide freelance
Accesibility:
  • Kemudahan akses 1,5 jam dari Denpasar
  • Dekat dengan berbagai objek wisata, seperti Bukit Jambul
  • Dekat dengan Pura Agung Besakih yang termashyur, hanya 30 menit
  • Tersedia berbagai angkutan wisata dari Denpasar dan tempat yang lain
Ancillary Services:
  • Biro perjalanan wisata sebagai organisator dan pemasar
  • Dinas Pariwisata sebagai pengawas dan koordinator
  • Desa Pakraman sebagai pelaksana
  • Koperasi
  • PKK

Energy and waste
Standar eko-wisata meliputi enam elemen penting yang akan diterapkan:
1. Pengurangan limbah, penggunaan kembali dan daur ulang
2. Efisiensi energi dan manajemen yang baik
3. Pengelolaan sumber daya air tawar
4. Pengelolaan air limbah dan sampah organik
5. Sensitivitas lingkungan terhadap kebijakan pembelian
6. Pembangunan Sosial dan Budaya yang sadar ekologi


Ecotourism Education
            Dengan adanya kegiatan ekowisata di desanya, diharapkan banyak wisman yang akan berkunjung ke desa karena itu masyarakat setempat harus bisa menjadi tuan rumah yang baik, artinya harus bisa menjadi operator ekowisata yang terampil dan mampu memberikan pelayanan yang memuaskan kepada wisman dengan mengutamakan kenyamanan dan keamanan wisman. Bisnis pariwisata sangat rentan dan sensitif, sekali memberikan pelayanan yang tidak memuaskan, beritanya akan segera menyebar ke seantero kawasan wisata sehingga kemungkinan besar akan jarang wisman yang mau berkunjung ke desa.
            Untuk bisa menjadi pelaku ekowisata yang cakap, masyarakat harus memiliki keterampilan yang memadai dalan bidang pariwisata/ekowisata. Mereka harus diberi pelatihan yang relevan dengan kegiatan pariwisata. Sedangkan jenis pelatihan disesuaikan dengan produk ekowisata yang akan dikembangkan di desa.
            Banyak jenis pelatihan yang dilaksanakan baik yang dikemas dalam bentuk Pelatihan maupun yang dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan-penyuluhan serta melalui 'coaching' yaitu pembinaan yang dilakukan oleh konsultan pendamping (community-organizer) yang ada di desa. Pengetahuan tentang ekowisata juga seringkali disampaikan melalui rapat-rapat informal ditingkat kelompok, tingkat pengurus maupun di tingkat desa.
            Jenis pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan jenis produk ekowisata yang akan dikembangkan. Sedangkan perencanaan terhadap pengembangan produk ekowisata disesuaikan pula dengan potensi alam, kapasitas masyarakat, potensi pasar dan ketersediaan sumber-sumber lainnya.
            Untuk memudahkan pelaksanaan pelatihan, anggota masyarakat yang akan terlibat dalam kegiatan ekowisata diorganisir ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok akan mendapat pelatihan yang berbeda sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing. Kelompok-kelompok tersebut terdiri dari:
a. Kelompok Pemandu Wisata, yaitu anggota masyarakat yang dilatih untuk menjadi Pemandu Ekowisata, pelatihan yang diberikan mencakup bahasa Inggris tingkat dasar, tingkat menengah sampai kepada tingkat mahir. Disamping itu mereka juga diberi pelatihan mengenai Teknik Memandu, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, Penyelamatan Di Air, dan Kesehatan Lingkungan.
b. Kelompok Pengrajin, yaitu ibu-ibu didesa yang dilatih agar dapat membuat kerajinan yang berkualitas untuk dijual kepada wisman yang akan berkunjung ke desa. Kerajinan yang dikembangkan pada saat ini adalah kerajinan anyaman "ate" yang merupakan bagian dari budaya masyarakat setempat sementara bahan bakunya, banyak tumbuh liar di desa.
c. Kelompok Pembuat Makanan, yaitu ibu-ibu yang dilatih mengenai Teknik Produksi Makanan Sehat yang nantinya akan bertugas untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk disajikan atau dijual kepada wisman yang berkunjung ke Desa Muncan.
d. Kelompok Petani diberikan pelatihan mengenai Pertanian Organik, pembuatan kompos serta P3K.
e. Kelompok Penari diberikan pelatihan aneka tarian tradisioanal Bali.
f. Kelompok Operator dan Administrator Ekowisata, diberikan pelatihan mengenai management usaha kecil, sistem administrasi keuangan, bahasa Inggris, pemasaran ekowisata, pemberdayaan komunitas dan kegiatan study banding.
g. Badan Pengurus Ekowisata, yaitu anggota masyarakat yang dipilih secara demokratis untuk menjadi pengurus ekowisata. Kepada mereka diberikan pelatihan mengenai pemberdayaan komunitas, management dan sistem keuangan usaha kecil.
            Pelatihan-pelatihan di atas umumnya diberikan berkali-kali dan memakan waktu cukup lama bisa berbulan-bulan bahkan ada yang lebih dari satu tahun, seperti pelatihan untuk Pemandu Ekowisata. Disamping pelatihan-pelatihan tersebut di atas, kepada setiap anggota kelompok masyarakat yang terlibat juga diberikan penyuluhan mengenai Sadar Wisata dan Pengetahuan Umum Ekowisata.

Integrated Planning
            Berdasarkan potensi dan  hambatan pengembangan wisata alam di Desa Muncan, maka dapat dikembangkan strategi pengembangan yang bisa diaplikasikan di Desa Muncan. Tentunya dengan kerjasama semua stake holder pariwisata dan masyarakat. antara lain:
a. Mempertahankan, mengembangkan dan memaksimalkan potensi sumber daya alam Desa Muncan
b. Mengembangkan pariwisata dengan memantapkan obyek-obyek wisata yang sudah ada dan penyediaan fasilitas serta utilitas pendukung. Sehingga pariwisata dapat menjadi sektor yang berperan dalam pengembangan ekonomi daerah.
c. Meningkatkan pola hidup yang sadar lingkungan dan partisipasi aktif masyarakat dengan konsolidasikan unsur lokal yang telah ada dalam perumusan dan implementasi kebijakan penataan ruang, mekanisme pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang di Desa Muncan
d. Pengembangan ekowisata yang baik dan benar
e. Melibatkan unsur masyarakat lokal dalam proses penataan ruang kawasan.
f. Menetapkan batas zonasi pemanfaatan Galian C
g. Merumuskan kebijakan yang mengatur kegiatan pariwisata, pertanian, perikanan dan pembatasan pemukina serta jalur hijau.
h. Merumuskan kebijakan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
i. Memantapkan aksesibilitas, perbaikan dan penataan jalan
j. Melakukan pemasaran melalui teknologi (Internet, TV, Radio dan media cetak)
k. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengelolaan
l. Mengoptimalkan penggunaan lahan di wilayah yang terlanjur dibudidayakan, sehingga terjaga keberlanjutannya.

Business Development dan Promotion
            Wisata Alam direncanakan untuk dipasarkan kepada wisman yang berkunjung ke Desa Muncan. Pemasaran akan dilakukan melalui stake holder pariwisata yang akan mempromosikan produk ini melalui jaringan pemasaran yang dimilikinya, misalnya melalui agen-agen wisata yang ada disetiap counter hotel/resort di kawasan Nusa Dua serta melalui agen-agen wisata International.  Media pemasaran terdiri dari brosur/leaflet, Facebook, website, iklan koran, pembuatan video untuk diputar di Youtube dan Airport. Seluruh kegiatan pemasaran termasuk pembuatan media pemasaran dilakukan secara profesional dengan tekad untuk memajukan kegiatan wisata alam di Desa Muncan
            Sedangkan untuk pasar dalam negeri akan dipasarkan oleh Dinas Pariwisata melalui kegiatan pameran-pameran dalam dan luar negeri yang diikuti oleh Dinas Pariwisata Kab. Karangasem. Selain itu kegiatan ekowisata ini juga akan dipromosikan melalui buku panduan wisata yang akan diterbitkan oleh Dinas Pariwisata setempat.

Multiplier Effect
            Setiap kegiatan pengmbangan, dimanapun dan kapanpun, pasti akan menimbulkan dampak. Dampak disini dapat bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi kehidupan manusia, dan dapat berarti negatif yaitu timbulnya resiko yang merugikan masyarakat. Dampak positif pengembangan wisata alam di Desa Muncan diantaranya adalah:
(1) Meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
(2) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara bertahap sehingga terjadi perubahan struktur ekonomi yang lebih baik, maju, sehat dan seimbang
(3) Meningkatnya kemampuan bahasa asing serta penguasaan teknologi yang akan menumbuhkembangkan kemampuan dunia usaha
(4)  Memperluas dan meratakan kesempatan kerja serta kesempatan berusaha
(5) Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional
            Pada perekonomian, ada multiplier effect yang lebih besar karena produk, bahan, dan tenaga kerja lokal yang digunakan. Laba bertambah secara lokal dan kebocoran impor berkurang.

Aktifitas Wisata yang Ditawarkan:
            Dibawah ini diberikan rencana dari salah satu produk ekowisata yang dikembangkan di Desa Muncan

Nama Produk: Wisata Alam Rice Field Trekking,
            Yaitu kegiatan wisata mengajak wisman menjelajahi sawah, disepanjang perjalanan akan diperagakan berbagai cara tradisional pengolahan padi menjadi beras, ikut membajak sawah, pengelolaan Subak, mandi di sungai, melakukan penanaman pohon sebagai penghijauan dan sebagai kenangan wisatawan, diakhir wisata wisman disuguhi makanan tradisional dan dihibur dengan tarian tradisional Bali. Sebelum pulang, wisman diberi kesempatan untuk membeli kerajinan-kerajinan masyarakat desa.

Nama Produk: Jungle Trekking
            Yaitu kegiatan wisata, wisatawan diajak menelusuri hutan desa, melihat flora dan fauna, melihat mata air raksasa, mandi di sungai, mencoba permainan-permainan air tradisional, melakukan penanaman pohon sebagai penghijauan dan sebagai kenangan wisatawan Diakhir, wisatawan disuguhi makanan tradisional dan dihibur dengan tarian tradisional Bali. Sebelum pulang, wisman diberi kesempatan untuk membeli kerajinan-kerajinan masyarakat desa.

Nama Produk: Wisata Alam Telusur Sungai
            Yaitu kegiatan wisata, dimana wisatawan diajak menelusuri tepi sungai, melihat keindahan-keindahan yang tersembunyi, melihat mata air raksasa, melakukan penanaman pohon sebagai penghijauan dan sebagai kenangan, wisatawan mandi di sungai, mencoba permainan-permainan air tradisional. Diakhir, wisatawan disuguhi makanan tradisional dan dihibur dengan tarian tradisional Bali. Sebelum pulang, wisman diberi kesempatan untuk membeli kerajinan-kerajinan masyarakat desa.

Nama Produk:  River Tubbing
            Yaitu kegiatan wisata, dimana wisatawan diajak bermain Tubbing, yaitu meluncur di air dengan menggunakan ban dalam bekas truk yang besar, melihat keindahan sepanjang sungai, melihat mata air raksasa, mandi di sungai, mencoba permainan-permainan air tradisional. Melakukan penanaman pohon sebagai penghijauan dan sebagai kenangan wisatawan Diakhir, wisatawan disuguhi makanan tradisional dan dihibur dengan tarian tradisional Bali. Sebelum pulang, wisman diberi kesempatan untuk membeli kerajinan-kerajinan masyarakat desa.

Nama Produk: “Gedebong” Traditional Rafting
            Yaitu kegiatan wisata, dimana wisatawan diajak bermain rafting tradisional, dengan memanfaatkan batang-batang pohon pisang yang dirakit sedemikian rupa disungai, melihat keindahan sepanjang sungai, melihat mata air raksasa, mandi di sungai, mencoba permainan-permainan air tradisional. Melakukan penanaman pohon sebagai penghijauan dan sebagai kenangan wisatawan Diakhir, wisatawan disuguhi makanan tradisional dan dihibur dengan tarian tradisional Bali. Sebelum pulang, wisman diberi kesempatan untuk membeli kerajinan-kerajinan masyarakat desa.

Nama Produk: Eko-Cycling
            Yaitu kegiatan wisata, dimana wisatawan diajak menelusuri Desa Muncan dengan menggunakan sepeda gayung, melihat keindahan alam sepanjang perjalanan, mandi di sungai, mencoba permainan-permainan air tradisional. Melakukan penanaman pohon sebagai penghijauan dan sebagai kenangan wisatawan. Diakhir, wisatawan disuguhi makanan tradisional dan dihibur dengan tarian tradisional Bali. Sebelum pulang, wisman diberi kesempatan untuk membeli kerajinan-kerajinan masyarakat desa.

Nama Produk: Wisata Galian C
            Yaitu kegiatan wisata alternatif, dimana wisatawan diajak menelusuri jalur galian C, melihat proses pengolahan pasir, melihat dampak positif dan negatif galian C, mandi di sungai, mencoba permainan-permainan air tradisional. Melakukan penanaman pohon sebagai penghijauan dan sebagai kenangan wisatawan. Diakhir, wisatawan disuguhi makanan tradisional dan dihibur dengan tarian tradisional Bali. Sebelum pulang, wisman diberi kesempatan untuk membeli kerajinan-kerajinan masyarakat desa.

DAFTAR PUSTAKA


  • Ardawidjaja, Roby, 2007, Menilik Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan, Artikel, www.dieny.wordpress.com
  • Dokumen Pembangunan Kawasan Danau Taliwang, 2006, PT. Grahasindo Cipta Pratama, Surabaya.
  • Damanik, Janianton & Helmut F. Weber, 2006, Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, PUSPAR UGM & Penerbit ANDI, Yogyakarta.
  • Ginting, Eka DJ, 2006, Hubungan Persepsi Terhadap Program Pengembangan Karir Dengan Kompetisi Kerja, Artikel, http/library.usu.ac.id
  • Hadi, Sudharto P, 2001, Manusia dan Lingkungan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
  • Herry, Fince, 2006, Kegagalan Wisata Di Sumara Barat, Arikel, www.geocities.com
  • Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pengendalian Dampak Lingkungan Era Otonomi Daerah,
  • Kantor Menteri Lingkungan Hidup, 2002, Pengelolaan Lingkungan Sosial, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
  • Masyarakat : Struktur Sosial, Artikel, www.geocities.com.
  • Nawawi, H. Hadari, 1983, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
  • Notohadikusumo, KPH, T, 2005, Implikasi Etika Dalam Kebijakan Pembangunan Kawasan, Artikel, Forum Perencanaan Pembangunan.
  • Noferi, Indra, Dampak Sosial Ekonomi dari Pencemaran Danau Maninjau (Studi Kasus di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam), Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.
  • Soemarwoto, Otto, 2003, Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
  • Soemantoro, R. M Gatot P, 2004, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika Jakarta.
  • Sukadijo, RG, 1997, Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai System Lingkage, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
  • Wibisono, Darmawan, 2003, Riset Bisnis, Panduan Bagi Praktisi dan Akademisi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • www.geocities.com
  • www.wikipedia.com
  • www.google.com
  • Beserta beragam informasi dari berbagai sumber
            Denpasar, 1 Mei 2011
Nararya Narottama

1 comment: